free counters

DAFTAR ISI

Image and video hosting by TinyPic

Google Translator

Image and video hosting by TinyPic
Adsense Indonesia

JUAL BELI

Image and video hosting by TinyPic Mobil Bekas Iklan Properti

Pages

Image and video hosting by TinyPic

KOMUNITAS KU

Campurandom. Powered by Blogger.

TERPOPULER

100% Backlink Indonesia
Image and video hosting by TinyPic
Saturday 3 March 2012

SMKN 2 Langsa (Aceh) Luncurkan Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar


Telah diproduksi sebuah alat yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk menghidupkan mesin kendaraan. Namanya WaVe++SMK. Kreasi spektakuler itu dihasilkan di Kota Langsa, Provinsi Aceh, oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Langsa.

Sekolah tersebut bekerja sama dengan Green Energy Institute dan Pemerintah Kota (Pemko) Langsa, meluncurkan sekaligus memasarkan alat pengubah air menjadi bahan bakar itu, Kamis (1/3) kemarin. 

Peluncurannya dilakukan oleh Wali Kota Langsa, Drs Zulkifli Zainon MM, di halaman SMKN 2 Langsa. Dihadiri, antara lain, oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Bachtiar Ishak dan Kapolres Langsa, AKBP Hariadi SH SIK.

Kepala SMKN 2 Langsa, Makmur Lingga MPd, kepada Serambi, Kamis (1/3) mengatakan, produk baru itu dinamai WaVe++SMK. WaVe singkatan dari Water as a Vehicle’s Fuel, mengacu pada fungsi alat ini yang menjadikan air sebagai bahan bakar. Sedangkan nama SMK ditabalkan pada alat ini sebagai bentuk apresiasi kepada SMKN 2 Langsa sebagai institusi yang telah mengembangkan dan merakit alat tersebut.

WaVe++SMK ini menghasilkan bahan bakar berupa gas dengan cara elektrolisa, yaitu memisahkan molekul cairan dengan menggunakan energi listrik. Listrik untuk proses ini diambil dari sisa kapasitas aki yang tidak terpakai untuk kebutuhan listrik mobil. Bahan bakar gas hasil elektrolisa ini dimasukkan ke dalam filter udara, diaduk dengan oksigen untuk disemprotkan ke ruang bakar tempat bensin atau solar, lalu berubah menjadi uap. Sehingga udara yang dicampur dengan bensin/solar mengandung hidrogen yang membuat pembakaran menjadi lebih sempurna. “Itulah sebabnya WaVe++SMK dapat menghemat penggunaan bahan bakar sampai 50 persen dan menurunkan emisi lebih dari 80 persen,” kata Makmur.

Langkah berikut yang ingin dilakukan setelah launching alat WaVe++SMK ini adalah membagi pengetahuan dan apliaksi teknologi kepada 8.769 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia, melalui pelatihan perakitan produksi dan pemasangan alat WaVe++SMK, pada kendaraan bermotor (mobil). “Kita berharap alat tersebut dapat segera diproduksi secara massal, agar masyarakat Indonesia cepat terlepas dari jeratan masalah BBM yang selalui menghantui,” katanya.

Obsesi lain yang ingin dicapai SMKN 2 Langsa dan Green Energy Institute melalui peluncuran WaVe++SMK ini adalah bagaimana supaya pemerintah mau mendeklarasikan Indonesia sebagai negara pertama yang mengeluarkan kebijakan menggunakan air sebagai bahan bakar. 

Makmur juga meminta Pemerintah Aceh segera mempersiapkan tenaga skill di setiap kabupaten sekitar 6 atau 150 orang lulusan SMK jurusan teknologi. 

Makmur Lingga mengisahkan bahwa penelitian alat WaVe++SMK tersebut dimulai tahun 2007, bekerja sama dengan Green Energy Institute milik Perusahaan Pronto Engineering Spanyol. Setelah diteliti selama empat tahun, alat pengubah air menajdi bahan bakar itu berhasil diselesaikan pada tahun 2011 dan resmi diluncurkan pada 1 Maret 2012 kemarin. Perakitan WaVe++SMK tersebut berada di bawah naungan Green Energi Institute yang berada di Jakarta.

Shafwandi Made In Indonesia
Monday 27 February 2012

Jamu Jago, Raja Jamu Dari Indonesia


Peristiwa aneh itu terjadi pada tahun 1917. Seorang pertapa, sebenarnya penampilannya lebih mirip orang gila, tiba-tiba muncul di rumah keluarga Tjoeng Kwaw Suprana di Wonogiri. Malam itu ia minta makan dan mohon diperkenankan menginap.

Esok harinya, si pertapa mengucapkan terima kasih, dan membuka misteri tentang jati dirinya. Ia sebenarnya pangeran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sedang melakukan tapa ngedan di Gunung Lawu. Di antara rasa takjub yang belum reda, Tjoeng Kwaw Suprana mendengar tamu istimewa itu berpesan agar ia menggunakan nama Jago (ayam jantan, dalam bahasa Jawa).

Waktu itu ia baru saja membuka usaha kecil-kecilan. Mengamati bagaimana ibundanya meracik jamu gendong siap minum, Suprana mencoba membuat terobosan. Racikan ditumbuk, lantas Perusahaan keluarga ini telah menembus pasar lokal dan internasional. Sukses hingga generasi keempat. Di usianya yang sudah menjelang seratus tahun, Jamu Jago mencoba bertahan. dikemas kecil-kecil supaya praktis. Setahun berselang, usaha ini bergerak maju. Saat itulah,
tahun 1918, Suprana membubuhkan nama yang dipesankan tamu itu untuk merek jamunya. Usahanya melejit cepat. Pada tahun 1936, Suprana menyerahkan tongkat estafet kepada empat putranya: Anwar Suprana, Panji Suprana, Lambang Suprana, dan Bambang Suprana. Di tangan empat bersaudara itulah Jamu Jago menguasai pasar jamu di eks Karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Bahkan, pada tahun 1937, Keraton Surakarta Hadiningrat menetapkan Jamu Jago sebagai jamu resmi istana.

Di depan Pasar Induk Kabupaten Wonogiri di Jalan Raya Wonogiri, Jawa Tengah, yang kini sesak oleh toko itu, pernah berdiri ”kompleks” Djamu Djago. Itulah salah satu bukti kejayaan keluarga Suprana di Wonogiri. Mudjimin, 74 tahun, warga Kampung Gerdu, Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, masih ingat bangunan pabrikberada di sebelah selatan pasar. Agak ke selatan lagi ada rumah T.K. Suprana
, kini menjadi Markas Komando Distrik Militer Wonogiri. Sedangkan gerai Djamu Djago berada di salah satu deretan toko di seberang pasar induk.

Pada
tahun 1949, keluarga Suprana memboyong pabrik ke Semarang. Kota ini dipilih karena posisinya strategis, berada di pusat lalu lintas Pulau Jawa. Ada akses transportasi darat dan laut untuk mendatangkan bahan baku jamu dan mengapalkan produk ke luar Jawa dan mancanegara. Toh, kedekatan dengan keraton tetap dijaga. Pabrik kelas rumahan di Wonogiri digeser ke Solo.

Dari Semarang, Jamu Jago masuk ke pasar Bali dan Lampung. Empat tahun kemudian, mereka menembus mancanegara. Misalnya Belanda, Malaysia, Jepang, Australia, Taiwan, dan Vietnam. Pabrik baru
, kali ini lebih modern  dan seluas dua hektare dibangun di Jalan Setiabudi. Mesin-mesin canggih didatangkan dari Amerika. Dibikin pula pusat laboratorium obat dan jamu. Dua sarjana farmasi direkrut. Mereka bertugas menjelaskan khasiat jamu secara ilmiah, bukan hanya mitos.

Kini Jamu Jago dikelola
oleh generasi ketiga: Nugraha Suprana, Jaya Suprana, Sindu Suprana, dan Monika Suprana sebagai komisaris. Generasi keempat dipersiapkan untuk melanjutkan dinasti. Ada Arya Suprana sebagai direktur sumber daya manusia dan Ivana Suprana sebagai direktur produksi. Dimotori Jaya, mereka mendirikan Museum Rekor Indonesia yang bersinergi.
Shafwandi Made In Indonesia