Telah diproduksi sebuah alat yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk menghidupkan mesin kendaraan. Namanya WaVe++SMK. Kreasi spektakuler itu dihasilkan di Kota Langsa, Provinsi Aceh, oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Langsa.
Sekolah tersebut bekerja sama dengan Green Energy Institute dan Pemerintah Kota (Pemko) Langsa, meluncurkan sekaligus memasarkan alat pengubah air menjadi bahan bakar itu, Kamis (1/3) kemarin.
Peluncurannya dilakukan oleh Wali Kota Langsa, Drs Zulkifli Zainon MM, di halaman SMKN 2 Langsa. Dihadiri, antara lain, oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Bachtiar Ishak dan Kapolres Langsa, AKBP Hariadi SH SIK.
Kepala SMKN 2 Langsa, Makmur Lingga MPd, kepada Serambi, Kamis (1/3) mengatakan, produk baru itu dinamai WaVe++SMK. WaVe singkatan dari Water as a Vehicle’s Fuel, mengacu pada fungsi alat ini yang menjadikan air sebagai bahan bakar. Sedangkan nama SMK ditabalkan pada alat ini sebagai bentuk apresiasi kepada SMKN 2 Langsa sebagai institusi yang telah mengembangkan dan merakit alat tersebut.
WaVe++SMK ini menghasilkan bahan bakar berupa gas dengan cara elektrolisa, yaitu memisahkan molekul cairan dengan menggunakan energi listrik. Listrik untuk proses ini diambil dari sisa kapasitas aki yang tidak terpakai untuk kebutuhan listrik mobil. Bahan bakar gas hasil elektrolisa ini dimasukkan ke dalam filter udara, diaduk dengan oksigen untuk disemprotkan ke ruang bakar tempat bensin atau solar, lalu berubah menjadi uap. Sehingga udara yang dicampur dengan bensin/solar mengandung hidrogen yang membuat pembakaran menjadi lebih sempurna. “Itulah sebabnya WaVe++SMK dapat menghemat penggunaan bahan bakar sampai 50 persen dan menurunkan emisi lebih dari 80 persen,” kata Makmur.
Langkah berikut yang ingin dilakukan setelah launching alat WaVe++SMK ini adalah membagi pengetahuan dan apliaksi teknologi kepada 8.769 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia, melalui pelatihan perakitan produksi dan pemasangan alat WaVe++SMK, pada kendaraan bermotor (mobil). “Kita berharap alat tersebut dapat segera diproduksi secara massal, agar masyarakat Indonesia cepat terlepas dari jeratan masalah BBM yang selalui menghantui,” katanya.
Obsesi lain yang ingin dicapai SMKN 2 Langsa dan Green Energy Institute melalui peluncuran WaVe++SMK ini adalah bagaimana supaya pemerintah mau mendeklarasikan Indonesia sebagai negara pertama yang mengeluarkan kebijakan menggunakan air sebagai bahan bakar.
Makmur juga meminta Pemerintah Aceh segera mempersiapkan tenaga skill di setiap kabupaten sekitar 6 atau 150 orang lulusan SMK jurusan teknologi.
Makmur Lingga mengisahkan bahwa penelitian alat WaVe++SMK tersebut dimulai tahun 2007, bekerja sama dengan Green Energy Institute milik Perusahaan Pronto Engineering Spanyol. Setelah diteliti selama empat tahun, alat pengubah air menajdi bahan bakar itu berhasil diselesaikan pada tahun 2011 dan resmi diluncurkan pada 1 Maret 2012 kemarin. Perakitan WaVe++SMK tersebut berada di bawah naungan Green Energi Institute yang berada di Jakarta.
Sekolah tersebut bekerja sama dengan Green Energy Institute dan Pemerintah Kota (Pemko) Langsa, meluncurkan sekaligus memasarkan alat pengubah air menjadi bahan bakar itu, Kamis (1/3) kemarin.
Peluncurannya dilakukan oleh Wali Kota Langsa, Drs Zulkifli Zainon MM, di halaman SMKN 2 Langsa. Dihadiri, antara lain, oleh Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Bachtiar Ishak dan Kapolres Langsa, AKBP Hariadi SH SIK.
Kepala SMKN 2 Langsa, Makmur Lingga MPd, kepada Serambi, Kamis (1/3) mengatakan, produk baru itu dinamai WaVe++SMK. WaVe singkatan dari Water as a Vehicle’s Fuel, mengacu pada fungsi alat ini yang menjadikan air sebagai bahan bakar. Sedangkan nama SMK ditabalkan pada alat ini sebagai bentuk apresiasi kepada SMKN 2 Langsa sebagai institusi yang telah mengembangkan dan merakit alat tersebut.
WaVe++SMK ini menghasilkan bahan bakar berupa gas dengan cara elektrolisa, yaitu memisahkan molekul cairan dengan menggunakan energi listrik. Listrik untuk proses ini diambil dari sisa kapasitas aki yang tidak terpakai untuk kebutuhan listrik mobil. Bahan bakar gas hasil elektrolisa ini dimasukkan ke dalam filter udara, diaduk dengan oksigen untuk disemprotkan ke ruang bakar tempat bensin atau solar, lalu berubah menjadi uap. Sehingga udara yang dicampur dengan bensin/solar mengandung hidrogen yang membuat pembakaran menjadi lebih sempurna. “Itulah sebabnya WaVe++SMK dapat menghemat penggunaan bahan bakar sampai 50 persen dan menurunkan emisi lebih dari 80 persen,” kata Makmur.
Langkah berikut yang ingin dilakukan setelah launching alat WaVe++SMK ini adalah membagi pengetahuan dan apliaksi teknologi kepada 8.769 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia, melalui pelatihan perakitan produksi dan pemasangan alat WaVe++SMK, pada kendaraan bermotor (mobil). “Kita berharap alat tersebut dapat segera diproduksi secara massal, agar masyarakat Indonesia cepat terlepas dari jeratan masalah BBM yang selalui menghantui,” katanya.
Obsesi lain yang ingin dicapai SMKN 2 Langsa dan Green Energy Institute melalui peluncuran WaVe++SMK ini adalah bagaimana supaya pemerintah mau mendeklarasikan Indonesia sebagai negara pertama yang mengeluarkan kebijakan menggunakan air sebagai bahan bakar.
Makmur juga meminta Pemerintah Aceh segera mempersiapkan tenaga skill di setiap kabupaten sekitar 6 atau 150 orang lulusan SMK jurusan teknologi.
Makmur Lingga mengisahkan bahwa penelitian alat WaVe++SMK tersebut dimulai tahun 2007, bekerja sama dengan Green Energy Institute milik Perusahaan Pronto Engineering Spanyol. Setelah diteliti selama empat tahun, alat pengubah air menajdi bahan bakar itu berhasil diselesaikan pada tahun 2011 dan resmi diluncurkan pada 1 Maret 2012 kemarin. Perakitan WaVe++SMK tersebut berada di bawah naungan Green Energi Institute yang berada di Jakarta.
Shafwandi
Made In Indonesia