Tidak habis-habisnya produk-produk buatan Indonesia membuat bangga kita semua karena telah merambah ke luar negeri, dan itu semua membuat produk-produk Indonesia semakin bisa disejajarkan dengan produk dari luar negeri. Kali ini Campurandom akan kembali berbagi informasi tentang produk Indonesia yang sudah Go Internasional.
1. Es Teler 77
Bisnis keluarga ini bermula ketika Murniati Widjaja, generasi pertama perintis bisnis, memenangkan juara kompetisi memasak dengan membuat minuman tradisional Indonesia itu.
Saat itu pada 1982. Murniati dengan dukungan suaminya membuka restoran khusus es teler yang diberinya nama Es Teler 77. Dua angka di belakang bukan tanpa makna. Bagi keluarga Widjaja, 77 merupakan nomor keberuntungan.
Modal Rp 1 juta dipakainya untuk mendirikan tenda kecil di emper pusat perbelanjaan Duta Merlin, Harmoni, Jakarta Pusat. Terkadang, dagangannya terpaksa tutup ketika hujan mendera dan genangan mulai meninggi. "Saat itu karyawan kami tak lebih dari lima orang," kata Wakil Presiden Direktur PT Top Food Indonesia, pemegang master franchise Es Teler 77, Anton Widjaja, di Jakarta.
Pada tahun 1987, franchise pertama dibuka di Solo Jawa Tengah. Namun saat ini, Es Teler 77 telah mencapai 180 cabang dan mempekerjakan dua ribu orang, hampir di seluruh provinsi ada.
Tak hanya di dalam negeri, Es Teler 77 telah go international ke Singapura, Malaysia dan Australia, dan telah merambah juga ke Beijing dan Jeddah.
2. Mimsy
Mimsy, tas unik berkelas internasional hasil kreativitas anak bangsa. Merek tas ini yang pernah ditaksir Ibu Negara Ani Yudhoyono
Demikian diungkap Christyna Theosa selaku pemilik sekaligus disainer Mimsy. Christyna adalah lulusan disain grafis di Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat.
“Ini memang hobi saya mendisain tas model clucth sejak berstatus mahasiswa pada 2003,” ujar Christyna di Jakarta. Tas yang berbentuk rajutan serta memiliki beragam disain ini memang terlihat eksklusif.
Christyna mengatakan, sebagai pebisnis profesional, dimulai ketika ia nekat memasukkan clucthnya ke sebuah butik di Indie di Santa Monica, California. Dalam waktu singkat, tas yang dia beri merek Mimsy ini menarik pelanggan di negeri Paman Sam itu. Ia kemudian diberi sudut khusus untuk memajang clucth kreasi lebih banyak lagi.
Dari butik di negeri Paman Sam akhirnya Mimsy mendapat hati di Tanah Air. Selain itu tas ini sering melenggang di berbagai event internasional seperti fashion week di New York dan Las Vegas, juga di Jepang, Kanada, Sydney, Dubai, dan Madrid.
Tapi jangan dikira jika berjalannya bisnis ini bisa mulus. Christyna mengatakan butuh waktu sampai 5 tahun untuk bisa bertahan ditengah persaingan bisnis tas ini. “Bahkan pernah juga saat “show” di Singapura, tas saya tidak laku,” katanya.
3. Maspion
Pada tahun 1962 Alim Husin dan rekannya Gunardi Go mendirikan rumah industri alat dapur sederhana yang diberi nama UD Logam Jawa. Sejak saat itu, secara bertahap membangun basis pelanggan dan mendapatkan pengakuan sebagai produsen berkualitas dan dapat diandalkan. Dan pada tahun 1971 didirikanlah PT. Maspion dan dimulailah memproduksikan peralatan-peralatan rumah tangga seperti kipas angin, AC, lampu neon, kulkas, mesin cuci, alat memasak, tempat beras, dan lain sebagainya.
Selain mengembangkan perusahaan sendiri, Maspion Group juga telah menarik perusahaan multinasional untuk menjadi mitra usaha, yaitu: Marubeni Itochu Steel Inc, Hanwa Kozai Co, Ltd, JFE Steel Corporation, Kanematsu Corporation, Naomoto Industri Co Ltd,. The Furukawa Electric, Ltd, Toyota TsushoCorporation Jepang, Taiwan Fluorescent Lamp Co. Ltd, Taiwan, Ishizuka Glass Co, Jepang, Srithai Perusahaan Superware Umum, Thailand, Weilburger Lacke Handelsges(Grebe Group), Jerman.
Sekarang, Grup Maspion adalah salah satu grup perusahan di Indonesia yang paling disegani, dengan total dari 39 perusahaan dan 16 dari mereka adalah perusahaan mitra. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 23.000 orang di lima kawasan industri di Jawa Timur dan satu pabrik di Cibitung, Jakarta. Melalui dedikasi dan kerja keras dari karyawan, dan dibentuk oleh kewirausahaan yang kuat dan visi para pendiri, perusahaan telah mampu mempertahankan posisi terdepan dalam industri peralatan rumah tangga.
4. Byon
Zaman sekarang teknologi komunikasi informasi tidak lagi hanya menjadi dominasi negara-negara maju seperti yang dikenal selama ini karena kehadiran merek-merek besar seperti Acer, Dell, HP, Samsung, Toshiba, dll.
Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya masih banyak perusahaan dalam negeri yang berupaya menghadirkan merek-merek lokal sebagai sebuah pilihan alternatif terhadap merek multinasional. Salah satu merek baru yang muncul adalah BYON (baca "biyon"), merek lokal yang menghadirkan konsep menarik "beyond notebook" yang menjadi tren penting perkembangan teknologi komputer untuk masa lima tahun ke depan.
Selain itu, semua komponen yang terpasang pada notebook bermerek juga digunakan BYON yang didukung Intel Corp dan dikembangkan mencapai sekitar 11 negara di kawasan Asia-Pasifik.
Merek BYON yang juga diterjemahkan sebagai Build Your Own Notebook menghadirkan sebuah fenomena berbeda, memungkinkan berbagai seri yang dibuatnya (termasuk seri yang akan datang) memiliki keseragaman komponen, menggunakan baterai yang sama, adaptor listrik yang sama, serta komponen-komponen standar lain yang sama (seperti keyboard).
Notebook yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan termasuk empat pengharaan dari MURI ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya manufaktur nasional, memberikan peluang berbagai pihak ikut mengembangkan komponen-komponen komputer yang menuju ke arah standardisasi. Artinya, pendekatan komponen secara blok (Common Building Block) memacu untuk membangun sendiri baterai, keyboard, adaptor listrik, pacu optik, monitor LCD, serta panel depan untuk dibuat secara lokal.
5. Eiger, Bodypack, Exsport, Neosack, Nordwand
PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bidang pembuatan tas, fashion dan aksesoris. Perusahaan ini memulai bisnisnya pada tahun 1956 sebagai firma kecil yang memproduksikan tas-tas sekolah dengan model bermacam-macam. Merek-merek unggulan dari perusahaan ini adalah Eiger, Bodypack, Exsport, Neosack, dan Nordwand.
Kemudian ditahun 1979, perusahaan ini melebarkan sayapnya untuk meraih pasaran yang lebih meluas. Perusahaan ini jalankan oleh Ronny Lukito, seorang anak ketiga dari pasangan Lukman-Kurniasih. Perusahaan ini memiliki moto yaitu "To be the frontier bags and fashion industries".
Setiap tahun, perusahaan ini memproduksi 2.500.000 tas dengan 8.000 desain yang berbeda, yang mereka harapkan akan merajai pasaran. Dengan dikeluarkannya bermacam-macam merk dengan fungsi dan nama yang lebih spesifik, diharapkan produk mereka tidak saling memakan dipasaran antara produk yang satu dengan yang lainnya. Maka tas yang dipakai untuk kegiatan naik gunung tentu akan berbeda pula.
Model-model yang sedang tren di blantika mode internasional menjadi acuan perusahaan ini dalam mengeluarkan produk terbaru. Dengan dukungan para desainer jebolan dari berbagai macam universitas seperti diantaranya, ITB maupun Universitas Trisakti. Perusahaan ini setiap bulan setidaknya mampu mengeluarkan 40 model tas dan produk lainnya. Produk Indonesia ini selain di pasarkan di dalam negeri juga export keluar negeri seperti di Libanon, Singapura, Filipina, dan Jepang.
6. Axioo
Axioo berdiri pada tahun 2004. Indonesia patut berbangga karena Axioo, salah satu komputer merek lokal berhasil menembus jajaran produk dunia dan menjadi salah satu produk yang mengadopsi prosesor Intel Core generasi kedua. Axioo Neon HNM menjadi notebook 14 inci pertama di dunia yang sudah menggunakan teknologi prosesor yang sebelumnya disebut Sandy Bridge itu. Terkait pabriknya di Indonesia, yang berlokasi di Sunter-Jakarta Utara, diklaim Axioo hanya memproduksi dan mendistribusikannya ke pasar lokal, tidak untuk diekspor.
“Pabrik di sini hanya untuk memenuhi permintaan yang besar dari Indonesia. Jangkauan pasar kita memang sudah hampir mencakup ke seluruh bagian Asia Tenggara, tapi itu bukan pabrik di Indonesia yang ekspor,” kata Devi Yosita, Marketing Communication Manager Axioo. “Untuk kebutuhan pasar Asia Tenggara, produk disuplai oleh pabrik di negara lain, seperti Vietnam dan Singapura. Makanya ketersediaan spare part bagi pelanggan sampai tiga tahun,” ucapnya.
Untuk layanan purna jual, Axioo sementara ini memiliki 39 service center di Indonesia.
Menyoal pasarnya, Devi menuturkan, sekarang ini Axioo International baru menjangkau lima negara ASEAN. Selain Indonesia, Vietnam, dan Singapura, Axioo juga sudah tersedia di Malaysia dan Thailand. "Kami akan kembangkan sayap kami ke Kamboja dan Filipina dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tahun ini," ucap Devi.
Artikel Lainnya:
Persembahan Indonesia Untuk Dunia Part 1
Persembahan Indonesia Untuk Dunia Part 2
Persembahan Indonesia Untuk Dunia Part 3